Sunday, December 23, 2018

Sejarah Bus Gunung Harta (Si Hijau dari Pulau Dewata)

Assalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh,saya akan membahas salah satu PO Bus asal Bali. Gunung Harta merupakan salah satu perusahaan yang didirikan di Bali, oleh Bapak I Wayan Sutika.

Sejarah bus ini dimulai dari pendirian nya pada tahun 1993. Di awal pendirian nya ini, bus ini hanya melayani trayek AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) yaitu Denpasar - Gilimanuk. Kemudian pada tahun 1995 PO ini memberanikan diri untuk melayani AKAP (Antar Kota Antar Propinsi).

Perkembangan bus ini tak lepas dari bantuan Lembaga Keuangan dan Masyarakat Bali atas kepercayaan nya menggunakan trasnportasi bus (Gunung Harta).

Alhamdulillah usaha dari PO bus ini membuahkan hasil, pada tahun 2004 bus ini mempunyai armada nya sekitar 40 unit dengan trayek, Denpasar - Gilimanuk PP,  Denpasar - Jember PP,  Denpasar - Surabaya PP,  Denpasar - Malang PP,  Denpasar - Solo - Yogyakarta PP, Denpasar - Semarang - Jakarta PP,  Denpasar - Ponorogo - Madiun - Maospati PP.

Tidak hanya AKAP & AKDP, PO bus ini mempunyai layanan pariwisata dan titipan paket kilat. Dan bus ini tetap mempertahankan trayek AKDP nya sebagai pengingat sejarah pendirian nya dan menjadi cikal bakal kesuksesannya.

PO Gunung Harta sangat mementingkan kenyamanan penumpangnya, seperti jumlah kursi 16 di kiri dan 18 di kanan sehingga penumpang tidak berdesakan. Demi meningkatkan layananya kepada penumpang, PO satu ini rajin memperbarui armada bus yang dimilikinya.

Perjalanan sejarah bus ini tidak sampai disini, bus yang mempunyai julukan SI HIJAU DARI PULAU DEWATA terus menambah rute - rute trayek baru dan terus memperbarui armadanya.

Armada bus PO Gunung harta sangat baik dan nyaman dimana perusahaan tersebut selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan memberikan bus-bus dengan berbagi chassis premium dari Mercedes Benz sampai Scania dan selain itu juga unit-unit terbaru dengan bodi terbaru misalnya SP JETBUS SHD 3 buatan karoseri Adi Putro.

Bus ini pun bisa dibilang mempunyai armada bus dengan sebutan (BUS TRONTON) terbanyak di kawasan Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Gunung Harta pernah mendapat penghargaan dari Mercedes Benz dalam acara Club of Millionaires pada 25 Maret 2015 di Jakarta, dimana penghargaan ini diberikan kepada PO yang memenuhi persyaratan dari Mercy sebagai berikut.

  1. Pengguna bus Mercedes-Benz dengan Vehicle Identification Number (VIN) mulai tahun 2005.
  2. Menggunakan mesin seri 900
  3. Serta telah mencapai jarak satu juta kilometer.

PO bus ini menjadi salah satu PO terbaik dari 11 PO lain nya, yaitu PO Lithabrent, PO Putra Pelangi, PO Medan Jaya, DAMRI, PO Metropolitan, PO SAN, PO Harapan Jaya, Safari Dharma Raya, PO New Shantika, PO Lorena dan PO Budiman.

Bus ini pun sangat laris pada trayek nya, salah satunya yaitu armada executive jurusan Jakarta - Blitar PP, yang menggunakan chassis premium nya.

Biasanya bus ini untuk executive mendapatkan fasilitas, AC, WC, TV per seat biasanya ada, leg rest (sandaran kaki), bantal, selimut, snack, service makan 2 kali, untuk rute Jakarta - Blitar, tetapi jurusan Blitar - Jakarta exe tetap makan satu kali tetapi fasilitas sama.

Kala itu ketika saya mencoba armada vip, bagaimana executive?

untuk GH VIP, AC, WC, TV, selimut, bantal, leg rest, snack, makan satu kali, tetapi bus ini sangat nyaman karena menggunakan Air Suspension.
Bus inilah yang sering disebut bus tronton
Kurang lebih seperti ini seat dari GH VIP Jakarta - Madiun

Gunung Harta VIP
Iterior Bus Gunung Harta VIP


RM. Sari Rasa Kendal





Bus Yang Hampir Punah

Bus Artha Jaya
Bus Lawas di Indonesia
PO ARTHA JAYA

Awal tahun 80-an jalur Kudus-Jakarta masih kategori sepi. Bukan karena sepi penumpang, – karena waktu itu sudah banyak warga yang merantau ke ibukota – tapi sepi armada. Justru yang ramai adalah jalur jarak jauh, Jakarta-Surabaya atau Jakarta-Malang.

Imbasnya, calon penumpang harus “lari” ke Semarang, bila hendak ke Jakarta, karena jumlah bus sangatlah terbatas. Begitu pun sebaliknya.

Pelan tapi pasti, peluang ini diendus oleh salah seorang pengusaha dari Lasem, bernama Bing Soenarso.

Pengusaha etnis Tiongha ini mendirikan PO yang dilabeli nama Artha Jaya, yang artinya uang (dikonotasikan rejeki) yang akan terus berjaya. Membuka bus malam dengan trayek Lasem-Jakarta dan Cepu-Jakarta.

Bekal Om Bing sendiri adalah modal pengalaman mengelola bisnis transportasi angkutan ekspedisi barang.
Awalnya, Artha Jaya hanya menyediakan bis malam non AC, dengan mesin Mercedes Benz mesin depan (seri OF) berkaroseri Morodadi.

Namun, penyediaan armada seperti ini kurang mendapat respon positif dari pasar, karena aspek sosio-cultural masyarakat Jawa Tengah bagian timur yang maunya kelihatan begaya saat pulang kampung atau balik ke Jakarta, termasuk pula dalam urusan armada yang akan dinaikinya.

Akhirnya, era mesin depan diakhiri dan digantikan mesin belakang (OH Prima), dilengkapi pendingin udara dan toilet, serta urusan karoseri tetap mempercayakan pihak Morodadi.

Livery-nya pun masih gampang diingat sampai sekarang, berupa garis-garis tegas berwarna coklat tua dikombinasikan coklat muda, dengan background warna aurora white. Logo Artha Jaya mirip logo maskapai penerbangan Singapura, SIA.

Inilah era dimulainya bus malam Kudus-an bermesin belakang, produk Eropa dengan fasilitas AC dan toilet, dengan busana dari karoseri berkelas dan corak body mesti goodlooking.

Dulu, soal attitude, driver-driver Artha Jaya tak kalah pamor bila head to head dengan penguasa jalur Jakarta-Surabaya, PO Lorena.

Mereka berani adu kencang, bahkan meladeni setiap aksi penuh kecepatan PO yang melegenda tersebut. Toh, soal mesin dan karoseri tak kalah. Hasilnya, selalu tiba di tempat sebelum matahari terbit, baik saat di Jakarta atau di Rembang.

Bahkan kabarnya Artha Jaya cukup disegani di jalan, sebagai raja kecil dari Lasem. Style driver yang suka ngebut pun tak lepas dari “kompor meleduk” para penumpang, yang tak ingin busnnya kalah bersaing dengan bus jarak jauh.

Inilah poin kedua, yang meninggalkan warisan bagi sopir-sopir generasi berikutnya bahwa bus Kudus-an kudu banter dan siap untuk adu kebolehan keterampilan di jalan raya.

PO Artha Jaya adalah PO yang terbaik dalam menjunjung service kepada penumpang. Selain perlengkapan armada berupa bantal dan selimut tebal, diberikan juga snack saat perjalanan. Layanan makan malamnya juga bagus, nikmat dan lengkap. Dan rumah makannya tetap lestari hingga sekarang, dan dipakai sampai saat ini oleh Tri Sumber Urip, yakni RM Kota Sari, Gringsing. Bahkan saat PO Artha Jaya berulang tahun, pada hari H diadakan acara kecil-kecilan, penumpang diberikan jamuan makan “cuma-cuma” dan diseling pembagian doorprize.
 Mirip acara ultah Nusantara ke-40 di RM Sari Rasa yang saya hadiri dua tahun silam.

Jaringan agennya hingga ke Kota Cepu dan Blora, dengan disediakan kendaraan feeder, mikro bus, yang akan menjemput dan mengantar penumpang. Penumpang cukup terbantu, apalagi saat itu masih jarang angkutan yang beroperasi di jalur Rembang-Blora-Cepu.

Inilah karakter virus ketiga yang akhirnya menjadi standar pelayanan minimal yang selanjutnya dianut PO-PO Muriaan Raya yang eksis sekarang. Ada satu torehan sejarah bagi perkembangan dunia per-bis-an Indonesia yang dilukis Kota Lasem, karena kota inilah rintisan awal kejayaan PO-PO yang bertrayek ke kota-kota pantura timur Jawa Tengah, meliputi Kudus, Jepara, Pati, Rembang dan Blora.

Sejarah patut berterima kasih kepada PO Artha Jaya yang membabat alas membuka jalur pantura timur dengan merintis trayek Lasem-Jakarta disusul trayek Cepu-Jakarta di akhir tahun 70-an .
Sayang, kejayaan PO Artha Jaya runtuh di akhir tahun 90-an.Meski masih ada armada yang bernama PO Artha Jaya, yang semakin langka dan jarang terlihat Bukan karena missmanagement (konflik internal) dan ditinggal pelanggannya, namun tiada generasi penerus Om Bing yang mau melanjutkan usaha PO-nya, di saat Om Bing ingin pensiun menikmati hari tuanya.

At last, PO Artha Jaya dijual /berganti kepemilikan serta manajemen kepada Tri Sumber Urip, yang ownernya masih punya hubungan saudara dengan Om Bing semenjak pertengahan tahun 2006.
sumber: kaskus